“Kehancuran NKRI didepan mata”; Pilkada serentak 2024 khususnya untuk propinsi DKI Jakarta, Kota Depok dan Kota Bekasi; jangan karena kepentingan sesaat Ideologi Pancasila diabaikan*
By Noor Fatah (Ketua LSM Garda Bekasi 1 RI)
Mencermati dinamika politik terutama di DKI Jakarta, Depok dan Bekasi pasca Pilpres dan Pileg 2024 kemarin
Perolehan suara PKS terutama di Propinsi DKI Jakarta, Kota Depok dan Kota Bekasi unggul; karena figur calon Wakil Presiden Muhaimin Iskandar dari PKB, dimana massa Nahdliyin (NU) di wilayah Jabodetabek beralih pilihannya ke PKS, sehingga PKS sangat diuntungkan dlm perolehan suara Pileg 2024
Faktor yg sangat berpengaruh adalah, spirit warga NU memenangkan Muhaimin Iskandar sebagai warga Nahdliyin (Pilpres 2024), berdampak besar atas perolehan suara baik PKB maupun PKS (Pileg 2024); sehingga, dua partai tersebut lolos Parliamentary threshold 4 persen (coat tail effect/efek ekor jas)
Itulah salah satu strategi politik partai untuk lolos ke Senayan; untuk Pilpres 2024, suara Koalisi Indonesia Maju (KIM) yg tegak lurus bersama Jokowi dg mengusung Prabowo-Gibran unggul (Jokowi Effect)
Sebenarnya, kemenangan suara PKS di wilayah tersebut, karena murtad-nya sebagian kaum Nahdliyin (NU) dari keyakinan aslinya faham Ahlussunah wal jama’ah berpindah ke partai yg berafiliasi faham Salafi-Wahabi yaitu PKS
PKS beda² tipis dg HTI, meski sudah dibubarkan oleh pemerintah Jokowi berdasarkan Perppu No.2 tahun 2017, tetapi ideologinya masih aktif dan mengakar kuat di sebagian masyarakat kita
PKS, merasa bakal terancam eksistensinya karena berlawanan dg NU (yg Ahlussunah wal jama’ah, Pancasila, UUD 45, kebhinekaan dan NKRI); maka, merubah haluan politiknya menjadi partai yg “rahmatan lil ‘alamin” menyamakan dg partai² Islam yg ada (PKB, PPP, PAN), dg merubah pula lambang dan warna partai (Muktamar PKS 2019, merubah strategi perjuangan/padahal itu cuma kamuflase)
Akan tetapi, ideologinya tetap Khilafah ingin menegakkan Syariat Islam versi Wahabisme; sebagai rukun iman PKS (konsekuensinya akan mengganti Pancasila, UUD’45, Kebhinekaan dan NKRI) suatu saat nanti bila sudah menguasai legislatif maupun eksekutif & pemerintahan daerah
Tumbuh dan berkembangnya dukungan suara PKS dari Pemilu ke Pemilu pasca reformasi, hanya satu resepnya yaitu, “jualan agama” dg pengelolaan pengajian/dakwah yg berjenjang dan sistematis yg tersebar di seluruh lapisan masyarakat
Merebut dan mengelola pemerintahan daerah bukan dg program² strategis memajukan daerah; melainkan lebih banyak program yg bernuansa agama versi Wahabisme; meskipun ada juga hanya untuk kelompok kecil mereka bukan untuk masyarakat luas (eksklusivitas); terbukti, secara empiris Pemda yg dipimpin oleh kader² PKS, pembangunan daerahnya tertinggal, yg ada sarat konflik SARA, & praktis menjadi kota intoleran (contoh Propinsi DKI Jakarta jaman Anies, Jabar jaman Aher & Kota Depok)
Pengkaderan PKS menggunakan sistem “Liqo” (semacam pengajian yg berjenjang dg ketaatan mutlak terhadap pemimpinnya disebut Murobi); PKS dianggap berhasil dlm kaderisasi secara TSM (mencetak kader taklid buta terhadap imam-nya berfaham Salafi-Wahabi)
Ciri khas tipikal orang² HTI maupun orang² PKS; sifatnya eksklusif (tertutup dan agak aneh penampilannya); seperti berjidat hitam, berjenggot dan memakai celana cingkrang untuk laki²; untuk wanitanya, berjilbab besar dan suka memakai cadar, seperti ninja cuma matanya saja yg kelihatan (busana Arab gunung)
Orientasi dan tujuan kepemimpinan kader² PKS dari Sabang sampai Merauke sama yaitu, mempersiapkan segala sesuatunya untuk tegaknya Khilafah di Republik ini
Perilaku orang² HTI ini persis sama dg para pelaku tindak pidana terorisme yg tertangkap tangan diberbagai daerah di Indonesia; setelah diperiksa dan ditracing ternyata pelaku extra ordinary crime ini berafiliasi dg HTI/kelompok Islam garis keras lainnya yg ingin menegakkan Khilafah (sumber BNPT)
PKS & HTI setali tiga uang; PKS mentornya HTI; ideologi-nya transnasional (Ikhwanul Muslimin-Mesir); menegakkan Khilafah dg ciri khas gerakannya intoleran & memaksakan kehendak, radikalisme/fundamentalisme, merasa keyakinannya yg paling benar dan yg tidak sepaham dg keyakinan mereka darahnya halal (bahaya laten seperti PKI)
Geopolitik global, organisasi HTI dg PKS manhaj politiknya berpotensi membuat kegaduhan di NKRI karena ingin mengganti ideologi Pancasila yg syah dg Khilafah (ideologi transnasional), makanya oleh Presiden Jokowi dibubarkan; fakta membuktikan fenomena Arab Spring (musim semi Arab) kekacauan & perang saudara di negara² seperti Tunisia (Afrika) merambah ke Mesir, Lybia dan Suriah (Arab), suatu bukti konflik sesama anak bangsa di dunia Arab menggunakan idiom agama (Anies Pilkada DKI Jakarta 2017 menang karena politisasi agama, kajian Lemhannas)
Ala qulli hal, terindikasi PKS ini benalu yg akan mengoyak keutuhan NKRI dg menciptakan perang asimetris (sesama anak bangsa berkonflik karena berbeda keyakinan); ideologi itu bersemayam kuat didalam hati
Waspadalah,
NKRI terancam
bila kaum Nasionalis, Islam moderat & TNI/Polri lengah
Wallahul muwaffiq Ila aqwamith thoriq
Wama taufiqi ila billa alaihit tawakaltu wa ilaihi unib.